Manusia
adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup
dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Karena
itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan
berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah seorang pemimpin dituntut
untuk megambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Dan dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin
adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang
diinginkan pihak lainnya.
TEORI KEPEMIMPINAN
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori
kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali
di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
Ø Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
Ø Kedewasaan dan
Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
Ø Motivasi Diri
dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja
yang optimal, efektif dan efisien.
Ø Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya.
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Ø Teori Perilaku
Keberhasilan
seorang pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan.
Gaya
atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan,
cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan
disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan sanksi.
Ø Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan
oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
agar sesuai dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan
dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu
karena tuntutan situasi tertentu.
Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi
perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang
tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
GAYA KEPEMIMPINAN
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya
kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan
oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan
perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya
tersebut adalah :
Ø Directing
Merupakan gaya
yang tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang
perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Ø Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
Ø Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
Ø Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan
kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin
berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang
disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain
diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka
untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan
diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan
situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Ø Kemampuan
analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Ø Kemampuan untuk
fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
Ø Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang
pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya
yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing),
serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
PEMBAHASAN
Sejatinya seorang pemimpin merupakan problem solver
masalah lingkungannya dan menjadi tanggung jawabnya. Celakanya, beberapa dekade
kepemimpinan bangsa ini justru diemban bukan oleh seorang problem solver. Jika
pun ada, masih malas berpikir. Tidak kreatif dalam mencari solusi. Setidaknya
masih tambal sulam. Akibatnya, tidak ada satu masalah bangsa pun yang
terselesaikan secara tuntas.
Dan akan semakin merepotkan jika pemimpin yang terpilih justru
menjadi problem bagi bangsa ini. Setiap hari rakyat digempur dengan masalah-masalah
yang tidak perlu tapi dibuat pemimpin jenis ini. Sehingga tak heran jika hampir
semua pemimpin di negeri ini masa akhir jabatannya adalah tragedi. Soekarno
sebelumnya dielu-elukan rakyat, akhir masa jabatannya tercatat begitu suram. Ia
digoyang dan dijatuhkan oleh rakyat. Mati dalam kesendirian. Begitu juga
Soeharto. Bapak Pembangunan ini pun tersungkur di masa akhir jabatannya.
Bahkan, Presiden Abdurrahman Wahid hanya seumur jagung memerintah.
Tak
heran jika akhirnya masalah-masalah yang membelit bangsa ini jadi bertumpuk dan
tidak pernah diselesaikan. Sebab, kepemimpinan yang ada hanya sibuk membangun
benteng kekuasaan.
Karena
itu, bangsa ini (INDONESIA) memerlukan pemimpin baru. Pemimpin yang menjadi
problem solver. Pemimpin seperti ini tentu lahir dari generasi baru. Bukan dari
generasi lawas pewaris kepemimpinan pola lama. Bukan juga berasal dari individu
yang terlibat dan menyangga kepemimpinan masa lalu.
Ada
tiga karakter pemimpin yang diharapkan masyarakat:
Ø pertama, perencana. Masyarakat
membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kapasitas intelektual memadai dan
menguasai kondisi makro nasional dari berbagai aspek, sehingga dapat menjaga
visi perubahan yang dicitakan bersama.
Ø Kedua, Pelayanan. Masyarakat
rindu figur pemimpin yang seorang pekerja tekun dan taat pada proses
perencanaan yang sudah disepakati sebagai konsensus nasional, menguasai detil
masalah kunci kebangsaan dan mampu melibatkan semua elemen yang kompeten dalam
tim kerja yang solid.
Ø Ketiga, Pembina. Masyarakat berharap
pemimpin menjadi tonggak pemikiran yang kokoh dan menjadi rujukan semua pihak
dalam pemecahan masalah bangsa, yang setia dengan nilai-nilai dasar bangsa dan
menjadi teladan bagi kehidupan masyarakat secara konprehensif.
Selain
itu, pemimpin masa depan negeri ini harus mampu mengelola segala perbedaan
budaya, latar belakang suku dan agama, serta kepentingan seluruh elemen bangsa
ini lalu mengubahnya menjadi peluang dan kelebihan. Jadi pemimpin masa depan
adalah pemimpin yang berpikiran terbuka (open minded). Itulah tipe pemimpin
muda Indonesia yang diidam-idamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar