Disusun
Oleh :
1.
Dyna Marlyna
S (19110250)
2.
Kharisty Hasanah (13110885)
3.
Lalita Pathya Sukma (13110957)
4.
Syahsoza Puji (16110776)
5.
Tegar Prasetyo (16110848)
Kelas
: 2 KA 24
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Inflasi dan perekonomian Indonesia
sangat saling berkaitan. Apabila jika tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan
akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan
ekonomi.
Inflasi di Indonesia tinggi sekali
di zaman Presiden Soekarno,
karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau
perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto,
pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen
setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank
Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent
of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru
di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia
mengutamakan penjagaan nilai rupiah.
Tanda-tanda perekonomian mulai
mengalami penurunan adalah ditahun 1997
dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan
tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan
sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin
hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini sangat berhubungan
dengan aktivitas kegiatan ekonomi
yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi
perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP),
pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat
ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya
modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.
Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini di dalam pemberantasan terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indicator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu Negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.
2. RUMUSAN MASALAH
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa inflasi dan perekonomian Indonesia
sangat saling berkaitan. Apabila jika tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan
akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan
ekonomi.
Oleh karena itu rumusan permasalahannya adalah :
1.
Bagaimana inflasi dan perekonomian
di Indonesia saat ini?
2.
Dampak dari inflasi tersebut bagi perekonomian
di Indonesia?
3.
Dan bagaimanacara mengatasi inflasi tersebut?
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Secara sederhana inflasi diartikan
sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
PENGERTIAN
INFLASI MENURUT PARA AHLI
·
Winardi (1995 : 235)
Inflasi
(inflation) adalah suatu periode di mana kekuatan membeli kesatuan moneter turun. Inflasi
(inflation) dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang-barang serta jasa-jasa
yang ditawarkan.
·
Bodiedan Marcus
Inflasi
(inflation) merupakan suatu nilai di mana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan.
·
Weston dan Copeland
Inflasi
(inflation) adalah suatu keadaan ekonomi
yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi dan tidak bias dicegah atau dikendalikan lagi.
2.
PENYEBAB INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi/distribusi. Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiscal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lain-lain.
Inflasi tarikan permintaan
(demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap factor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan
volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak factor selain yang utama tentunya kemampuan bank
sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sector industry keuangan.
Inflasi desakan biaya
(cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari
rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hokum permintaan-penawaran,
atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bias terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut
di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini factor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan
2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
2.
MACAM-MACAM INFLASI
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya deficit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luarnegeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bias terjadi akibat biaya produksi barang di
luarnegeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga
yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation).Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga
orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
- Inflasi ringan (kurangdari 10% / tahun)
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebihdari 100% / tahun)
5.
DAMPAK INFLASI
Dampak positif:
a.
Peredaran
/ perputaranbaranglebihcepat.
b.
Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
c.
Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi.
d.
Pendapatan
nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.
DampakNegatif:
a.
Harga barang-barang dan jasa naik.
b.
Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
c.
Menimbulkan tindakan spekulasi.
d.
Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
e.
Kesadaran menabung masyarakat berkurang.
7.
CARA MENGENDALIKAN INFLASI
·
KEBIJAKAN
MONETER
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen
berikut:
a. Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan
suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.
b. Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi
atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan
dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah
uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi
dapat lebih rendah.
c. Peningkatan cash ratio: Menaikkan cadangan uang kas
yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada
debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar.
·
KEBIJAKAN
FISKAL
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument
berikut:
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b. Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen
akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar
pajak.
·
KEBIJAKAN
NON MONETER
Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui
instrument berikut:
a. Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil
produksinya.
b. Menekan tingkat upah.
c. Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus
menetapkan harga maksimal.
d. Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
e. Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper
inflation) ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata
uang). Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada
saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp.
1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
f. Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan
output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
g. Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini
dilakukan dengan penentuan ceiling price.
·
KEBIJAKAN
SEKTOR RIIL
Kebijakan sektor riil dapat dilakukan melalui
instrument berikut:
a. Pemerintah menstimulus bank untuk memberikan kredit
lebih spesifik kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Contohnya bank BRI
mencanangkan tahun ini sebagai Microyear.
b. Menekan arus barang impor dengan cara menaikkan
pajak.
c. Menstimulus masyarakat untuk menggunakan produk
dalam negeri.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam ilmu
ekonomi, inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi/distribusi.
Inflasi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya
yaitu peredaran / perputaran barang lebih cepat, produksi barang-barang bertambah,
karena keuntungan pengusaha bertambah, kesempatan kerja bertambah, karena terjadi
tambahan investasi, dan pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang,
karena kenaikan pendapatan kecil.Dampak negatifnya adalah harga barang-barang dan
jasa naik, nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang,
menimbulkan tindakan spekulasi, banyak proyek pembangunan macet atau terlantar,
dan kesadaran menabung masyarakat berkurang.
SARAN
Untuk mengendalikan inflasi, pemerintah Indonesia harus lebih
memperhatikan masyarakat dan harus bisa memperlambat laju inflasi dengan melakukan
kebijakan-kebijakan seperti, kebijakan moneter,
kebijakan fiskal, kebijakan non moneter dan kebijakan sektor riil.
Selain pemerintah yang berusaha untuk mengatasi masalah inflasi
ini, masyarakat juga harus mendukung pemerintah dengan ikut serta dalam penghematan
contohnya pemakaian bahan bakar minyak dengan melakukan efisiensi energi pada sektor
transportasi.
sumber :
- www.bi.go.id
- galihpangestu14.wordpress
- www.bi.go.id_2
- infoini.com
- id.wikipedia.org
- http://www.bi.go.id
- http://id.wikipedia.org
- http://www.forumbebas.com
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar